Sabtu, 19 Juli 2008

Jogja Punya Gaya : Hire Dab, Pahin ?



Jangan salah, ini bukan bahasa Inggris lho mas, ini adalah bahasa slank anak Jogja atawa Yogya . Jika suatu saat panjenengan ( sebutan penghormatan untuk Anda), suatu waktu terdampar atau mendamparkan diri ke sebuah Oase kehidupan di sebuah kota dengan nuansa yang damai, ayem, mungkin anda akan mendengarkan sebuah percakapan kurang lebih seperti ini :

“ Hire dab, Pahin ?”
Bah , macam mana pula ini or what the hell was that ?

Oooo, jangan gusar, itu adalah sebuah ungkapan kehangatan yang disampaikan oleh orang-orang Jogja (Piyantun Ngayogya) untuk menanyakan kabar dari seseorang yang dia temui, artinya kurang lebih “ Gimana mas, baik-baik saja kan?”.
Boso Walik adalah sebuah bahasa slank khas Jogja yang lahir dari sebuah pergaulan di masyarakat Jawa, bahasa ini dipergunakan untuk semakin memperkokoh identitas dari Wong / cah Jogja entah kapan mulai lahirnya tapi terasa familiar , bahkan slank ini juga digunakan sebagai alat perjuangan melawan Belanda dalam sejarahnya di tahun 1945 dan selama masa perang Kemerdekaan. Boso Walik ini bisa menjadi alat komunikasi yang efektif dan aman oleh pemakainya disatu sisi, dan disisi lain akan melahirkan “kebengongan” dari lawan bicara atau orang asing yang harus tidak boleh mengetahui isi dari percakapan tersebut.
Ingatan kita mungkin melayang pada sebuah film Hollywood yang berjudul
“Wind Talker” beberapa tahun lampau yang disana digambarkan bagaimana militer Uncle Sam menggunakan jasa dari kaum Indian dengan menggunakan bahasa asli merka sebagai alat untuk berkomunikasi dalam perang Dunia II melawan Jepang, dan ternyata hal tersebut terbukti sangat sulit untuk dipecahkan kodenya oleh lawan.
Boso Walik lahir dari sebuah kreatifitas dan kegeniusan Budaya untuk menetralisir ancaman yang akan “mengganggu” identitas Jawa sebagai sebuah Budaya. Kratifitas itu bisa dilihat bagaimana muncul ide untuk ngutak-atik susunan abjad Jawa yang terbagi dalam abjad

Ha na ca ra ka

Dha ta sa wa la

Pa da ja ya nya

Ma ga ba tha nga

Secara sederhana prosesnya adalah dengan melakukan pengubahan susunan huruf tersebut diubah yaitu : Baris 1 diganti dengan baris 3 begitu sebaliknya, kaemudian baris 2 ditukar tempat dengan baris 4 dan sebaliknya.
Selanjutnya apabila sebuah kata misalnya : “Piye” setelah diubah akan menjadi “hire”
“Mas” setelah diubah menjadi “dab” dll, ex cetera lan sanes-sanesipun.
Bahkan eksplorasi kreativitas ini juga melahirkan banyak jargon dan ikon budaya Jogja kontemporer pop seperti yang dilakukan Dagadu, sebuah kreatitivitas anak muda Jogja yang lahir dari mengeksplorasi berbagai hal tidak hanya idiom-idiom Jogja ( Jawa) secara cerdas, jenaka namun penuh makna, juga berbagai pernik dan daya hidup serta gaya hidup Jogja kontemporer seperti boso walik, plesetan, guyonan dan anekdot khas Jogja yang penuh nuansa dan warna yang punya berbagai kecerdasan tingkat tinggi dan kehalusan budi untuk bisa menangkap apa yang tersembunyi dibaliknya .
Itu mungkin salah satu dari sekian banyak contoh bagaimana Jogja bisa terus punya gaya yang tersendiri ( mbedhani ) ditengah hantaman budaya lain.
Jadi monggo, silahkan diexplore berbagai hal unik tentang boso walik Jogja ini, at least we’ll have fun excitement dengan Jogja punya Gaya, ibarat makan Gudeg, mungkin akan terasa terlalu manis atawa neg tapi lambat laun aku yakin, panjenengan sedhoyo all of you akan kangen dengan berbagai nuansa Jogja, ini bukan narsisme Ubber alles ala Jogja, tapi memang begitu adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar